Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Stres adalah gangguan atau kekacauan
mental dan emosional yang bisa terjadi pada siapapun, termasuk pada kaum
remaja. Di usia ini, bimbingan orang tua menjadi hal yang mutlak mengingat
emosi anak yang masih labil dan efek lanjutan yang mungkin timbul akibat
gangguan tersebut.
Dengan demikian para orang tua wajib mengetahui beberapa fase pada anak remaja beserta efek yang akan terjadi pada masa tersebut.
Fase
Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan adolescence. Istilah
ini berasal dari kata adolescere (bahasa
Latin), yang artinya tumbuh kearah
kematangan (Sarlito Wirawan Sarwono,
2002 : 8). Istilah remaja atau
adolescence,
sebagaimana dipergunakan dewasa ini, mempunyai arti yang luas,
yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1997 :
206).
2. Ciri-ciri Fase Remaja
Masa remaja yang berlangsung pada usia
kurang lebih 13 sampai 15 tahun,
sebagai masa masa remaja awal, dan 16
sampai kira-kira 18 tahun, yang
merupakan masa remaja akhir, mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut (Hurloch, 1997
: 207-209).
a. Masa
remaja merupakan periode yang penting.
Meskipun
semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,
namun
kadarnya berbeda-beda. Ada periode perkembangan yang
dipandang
lebih penting dari periode yang lain, karena akibatnya yang
langsung
terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang dipandang
penting,
karena akibat-akibat jangka panjangnya.
Pada
periode remaja kedua hal tersebut sama-sama penting, mengingat
perubahan
yang terjadi pada remaja ruang lingkupnya sangat luas, begitu
juga
dengan akibat yang ditimbulkannya.
b. Masa
remaja merupakan periode peralihan.
Peralihan
bukan berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi
sebelumnya. Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanakkanak dan pubertas
menuju masa dewasa.
c. Masa
remaja sebagai periode perubahan.
Sebenarnya
setiap masa perkembangan juga selalu ditandai dengan
perubahan.
Karena pada dasarnya perkembangan adalah proses
perubahan.
Tetapi perubahan yang terjadi pada masa remaja sangat
berbeda
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fase
perkembangan
lainnya, baik itu menyangkut ruang lingkup, tempo, dan
akibat
jangka panjang dari perubahan tersebut.
d. Masa
remaja merupakan masa bermasalah.
Setiap
periode dalam perkembangan mempunyai masalah, namun
masalah
yang terjadi pada remaja berbeda dari masalah yang terjadi pada
periode-periode
yang lain, baik dalam hal kuantitas, kualitas, maupun
kompleksitasnya.
Masalah
memerlukan pemecahan. Namun tidak setiap remaja mampu
meme-cahkan
masalahnya bahkan tidak jarang terjadi akumulasi
permasalahan.
Ketidak mampuan dirinya memecahkan masalah yang
dihadapi
dapat menyebabkan terjadinya gangguan tingkah laku seperti
depresi,
stress, anoreksia, bulimia, dan juga ketergantungan
pada
minuman
keras dan obat-obat terlarang.
e.
Masa remaja merupakan masa yang tidak realistis.
Remaja,
khususnya remaja awal, cenderung memandang kehidupan
secara
tidak realistis. Ia melihat dirinya, orang lain, serta fenomena
lainnya,
sebagaimana yang ia inginkan, bukannya sebagaimana adanya.
f. Masa
remaja merupakan masa mencari identitas.
Adanya
anggapan bahwa dirinya bukan lagi anak-anak, menyebabkan
mereka
berusaha meninggalkan perilaku dan sikap kekanak-kanakan
untuk
diganti dengan sikap dan perilaku yang lebih dewasa. Kedewasaan
dalam
konteks ini adalah kedewasaan menurut ukuran mereka, yang
ternyata
masih samara-samar. Dan hal ini mendorong mereka untuk
mencari,
menemukan identitas yang pas bagi mereka.
g. Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa.
Pada
masa remaja, khususnya remaja akhir tanda-tanda kedewasaan dari
segi sosial dan
psikologis telah nampak dengan jelas. Gejala ini menunjukkkan bahwa
mereka sebentar lagi akan segera memasuki masa
dewasa, baik dewasa
secara biologis, sosiologis, kronologis, maupun
psikolgis.
Perkembangan Berbagai Aspek pada Fase Remaja
a. Perkembangan fisik
Dengan terjadinya perubahan yang sangat
cepat pada masa pubertas, baik
itu perubahan pada proporsi tubuh
maupun berkembangan ciri-ciri seks
sekunder, individu yang berada pada
fase remaja secara biologis mulai
menunjukkan tanda-tanda sebagai orang
dewasa. Itulah sebabnya dikatakan
bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari anak menjadi orang
dewasa.
b. Perkembangan perilaku
seksual
Perilaku seksual adalah perilaku yang
yang muncul karena dorongan
seksual. Bentuk perilaku seksual
bermacam-macam mulai dari rasa tertarik
pada lawan jenis, bergandengan tangan,
berpelukan, bercumbu, petting
sampai berhubungan seks. Perkembangan
perilaku seks merupakan
konsekuensi logis dari perkembangan
ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Masalah akan timbul jika para remaja
tidak bisa mengendalikan dorongan
seksualnya sehingga perilaku yang
terjadi tidak sesuai dengan norma.
Pencegahan terjadinya masalah dapat
dilakukan dengan pendidikan seks,
termasuk di dalamnya pendidikan tentang
kesehatan reproduksi.
c. Perkembangan intelektual
Karakteristik perkembangan intelektual remaja
digambarkan oleh Keating
(Syamsu Yusuf, 2004 : 195 - 196)
sebagai berikut.
1) Kemampuan intelektual remaja telah
sampai pada fase operasi formal
sebagaimana konsep Piaget.
Berlainan dengan cara berpikir anak-anak
yang tekanannya kepada kesadaran sendiri
di sini dan sekarang (here
and now),
cara berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia
kemungkinan (world of possibilities).
2) Melalui kemampuannya untuk menguji
hipotesis, muncul kemampuan
nalar secara ilmiah.
3) Mampu memikirkan masa depan dan membuat
perencanaan dan mengeksplorasi
berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
4) Mampu menyadari aktivitas
kognitifnya dan mekanisme yang membuat
proses kognitif tersebut efisien atau
tidak efisien.
5)
Cakrawala berpikirnya semakin luas.
d. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi individu dipengaruhi
oleh kematangan dan proses
belajar. Melalui kematangan berbagai
jenis perasaan atau emosi yang semula
bersifat potensial menjadi aktual. Dan
melalui proses belajar, individu dapat
menghayati berbagai perasaan, bagaimana
mengekspresikan, serta
mengendalikan perasaan-perasaan
tersebut.
Masa remaja merupakan masa dimana
terjadi kematangan pada berbagai
aspek, termasuk emosionalitas.
Intensifnya proses belajar yang dilakukan pada
masa tersebut tentunya juga mempengaruhi
perkembangan emosi mereka.
Adapun karakteristik emosionalitas
remaja adalah sebagai berikut.
a. Secara umum karakteristik
emosionalitas remaja, khususnya remaja
awal berada diantara emosionalitas
anak-anak dan emosionalitas orang
dewasa.
b. Masa remaja sering dianggap sebagai
periode badai dan tekanan
(Sturm und Drang Periode).
Dikatakan demikian karena pada masa
remaja kebanyakan individu mengalami
ketegangan emosi akibat
adanya perubahan-perubahan yang cepat
pada dirinya.
c. Berkembang beberapa jenis emosi
seperti : simpati, cinta, rindu, dan
bahagia
mencintai dan dicintai lawan jenisnya.
e. Perkembangan Sosial
Remaja
Sebagaimana aspek-aspek yang lain,
aspek social remaja juga mengalami
perkembangan. Adapun karakteristik
perkembangan social remaja adalah
sebagai berikut.
1) Perilaku sosial remaja banyak
dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya
(peer group);
2) Terjadi perubahan pada perilaku
social, antara lain ;
a) perubahan dari
tingkahlaku yang ramai kea rah yang lebih tenang;
b) perubahan dari penyesuaian
pada kelompok besar ke kelompok yang
lebih kecil.
3) Terjadi pengelompokan sosial, antara
lain :
a) Sahabat karib (chumbs)
b) Kelompok kecil (clique)
c) Kelompok besar (crowds)
d) Gangs
4) Meningkatnya kemampuan dalam
menyesuaian diri (Nur Syamsu, 2004:
198 – 199).
a) Di lingkungan keluarga,
ditunjukkan dengan :
1) Menjalin hubungan yang baik dengan
para anggota keluarga.
2) Menerima otoritas orang tua.
3)
Menerima tanggung jawab dan norma-norma keluarga.
4) Berusaha
membantu keluarga.
b) Di lingkungan sekolah,
ditunjukkan dengan :
1) Bersikap respek dan mau menerima
peraturan sekolah.
2) Berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan sekolah.
3) Menjalin persahabatan dengan
teman-teman sekolahnya.
4) Bersikap
hormat pada guru, pemimpin sekolah, dan staf yang
lain.
c) Di lingkungan masyarakat,
ditunjukkan dengan :
1) Mengakui dan respek terhadap hak-hak
orang lain.
2) Memelihara jalinan persahabatan
dengan orang lain.
3) Bersikap simpati dan altruis
terhadap kesejahteraan orang lain.
4) Bersikap respek terhadap
nilai-nilai, hukum, tradisi, dan
kebijakan-kebijakan masyarakat.
d) Perkembangan Moral
Remaja
Perkembangan moral pada masa remaja
ditandai dengan ciri-ciri
sebagaimana digambarkan oleh Elizabeth
B. Hurlock (1997 : 225) sebagai
berikut.
a. Pandangan moral remaja semakin lama
semakin abstrak. Hal ini sejalan
dengan perkembangan aspek kognitifnya.
Dengan demikian semakin
bertambah tingkat pengertian remaja,
semakin banyak pula nilai-nilai
moral yang dapat ditangkap dan diserapnya.
b. Penilaian moral remaja semakin
kognitif. Dan ini mendorong remaja
lebih berani dalam menganalisis masalah
moralitas serta berani
mengambil keputusan terhadap berbagai
hal yang berhubungan dengan
moralitas.
c. Penilaian moral remaja mengalami
orientasi dari egosentris ke
sosiosentris kemudian
ke prinsip universal. Artinya, dalam
memandang masalah baik – buruk, ukuran
utamanya bukan pendapat
pribadi tetapi lebih didasarkan pada
pendapat masyarakat di mana dia
berada serta masyarakat dalam arti yang
lebih luas lagi.
d. Penilaian moral remaja, secara
psikologis lebih mahal. Artinya, dalam
memberikan penilaian yang berhubungan
dengan moralitas seringkali
mengalami ketegangan psikologis.
F. Tugas-tugas Perkembangan
Remaja
Pada masa remaja, tugas-tugas perkembangan yang dihadapi individu
adalah
sebagai berikut.
a. Mencapai hubungan yang baru dan
lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya.
c.
Menerima keadaan fisiknya apa adanya.
d. Mencapai
kebebasan emosional dari orang tua serta orang dewasa lainnya.
e. Membuat rencana
yang berhubungan dengan karirnya.
f. Mampu berperilaku
sosial secara bertanggung jawab.
g. Memperoleh
perangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
berperilaku.
Karena itulah pengetahuan akan beberapa faktor pemicu stres pada remaja perlu diketahui agar orang tua mengetahui pendekatan yang paling tepat digunakan pada anak.
Kehidupan sekolah adalah salah satu faktor utama penyebab stres pada remaja. Tuntutan akademis yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk dan ekspektasi orangtua yang terlalu tinggi pada anak hanyalah beberapa contoh dari faktor ini. Demikian pula dengan lingkungan pergaulan, dimana teman bagi seorang remaja bisa jadi segalanya, bahkan melebihi keluarganya sendiri.
Meski terdengar sepele, kondisi fisik atau bentuk tubuh menjadi bentuk stres yang lain. Tubuh yang terlampau gemuk, kurus, tinggi, atau jarawat yang terlalu banyak adalah perasaan yang kerap muncul dan mengganggu dalam diri seorang remaja. Apalagi saat ini bagi sebagian orang gaya menjadi faktor penentu suksesnya sebuah pergaulan.
Hal berikut adala kondisi keluarga. Perceraian, hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis menjadi faktor lain yang kerap membuat seorang remaja stres. Demikian pula kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan dapat menjadi masalah yang sangat sensitif bagi remaja.
Kisah asmara adalah faktor klise yang secara dominan mewarnai kehidupan remaja. Tapi meskipun klise, perasaan ditinggal oleh orang-orang yang disayangi bisa membuat emosi seseorang menjadi tak terkendali, bahkan tak jarang membuatnya mengambil tindakan yang nekat.
Karena itu orang tua wajib menciptakan suasana keterbukaan dengan anak. Perhatian dan kasih sayang adalah satu hal yang mutlak dilakukan disamping memberi lingkungan yang aman sehingga sianak tahu harus pergi kemana saat hatinya gundah. Karena yang dibutuhkan oleh meraka seringkali hanyalah telinga untuk mendengarkan semua keluh kesah yang dialami.
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Learning a second language isn’t easy.There is a lot that can get in the way.It isn’t as automatic or sure as we’d suppose. Depending on the person, there can be some high barriers to learning another language.
Barriers to Language Acquisition and Learning
Social : peer group, socio-economic
status, L1 education and literacy, parental/family
support, access and support ; Psycho / Emotional : affective
factors (anxiety, social bias, self belief, motivation (low intrinsic and extrinsic forces), attitude towards language and
learning, social
disposition / character ; Biological :
psycho motor skills, cognitive
functioning, L1 development
/ childhood developmental factors, physical
impairments (deaf, blind etc…) , psychological
fitness, age and health ; Pedagogical : type and method of
instruction, improper materials and curriculum, little access to input (native speakers /
audio material), school and
classroom culture, lack of
learning skills, strategies, teacher/student
relationship, planning and
use of time ; Cultural : language
transfer and interference (L1-L2 closeness), cultural values regarding risk taking, openess, government policy and investmen,
dislocation, movement, war.
These
are the obvious reasons for the problems experienced in second language
acquisition, and most of them are related that people attempt to learn another
language during their teenage or adult years, in a few hours each week of
school time, and they have a lot of other things to take care of, instead a
child learns via the constant interaction that he or she experiences, and has
not many things else to do. Besides the adult or teenage people have an already
known language available for most of their daily communicative requirements.
Teenagers are typically much more self conscious than young children. If there is a strong element of unwillingness or embarrassment in attempting to produce the different sounds of other languages, then it may override whatever physical and cognitive abilities there are. If this self-consciousness is combined with a lack of empathy with the foreign culture, then the subtle effects of not wanting to sound like a Russian or an American may strongly inhibit the acquisition process.
This is my assignment report of Second Language Acquisition of VOCABULARY FOR ELEMENTARY SCHOOL. Click here to download , hopefully it can help you in uderstanding deeply in studying Acquisition Barriers for children ^_^
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Reading process must be intensive to really get quality information. So comprehend in reading is very needed for reader. Reading can be held by read a story book independently or by grouping to get new information by sharing the books. Absolutely as a teacher must understand well what the learner need in reading. At least the teacher have to know some strategies to teach creatively for their students.
This is one example of Teaching Reading in a Small Group by Jennifer Serravallo's book. You can download here
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Here are examples of conversation for Listening section to teach Listening ^_^
Level 1
1. Chocolates download
2. House 1 download
3. House 2 download
4. Months download
5. Page download
6. Perfect download
7. Police download
8. Week download
Level 2
1. 2011 download
2. Bake download
3. Camping download
4. Gender download
5. Islands download
6. Paris download
7. Planking download
8. Twist download